Selamat
gini hari! (mengutip sapaan seorang kawan bernama Septian Wibowo)
Hai
kawan-kawan sekalian, apa kabar?
Pada
pertemuan kali ini saya mulai memaparkan percobaan analisis terhadap film ‘Ada
Apa dengan Cinta’. Bila kalian mengikuti perkembangan film Indonesia, tentu
film ini sangat kalian tahu. Ya, film ini pernah menjadi raja serta trending
topic pada masanya.
Film
ini mengisahkan asmara dua remaja SMA yang berawal dari puisi. Gara-gara puisi
mereka saling mengenal. Kemudian, gara-gara puisi mereka menjadi dekat.
Gara-gara puisi mereka saling cinta. Hingga akhirnya mereka berjanji setia
lewat puisi. Seperti itulah kira-kira ceritanya.
Rasanya
tak perlu saya paparkan resensi apalagi menceritakan kembali film tersebut
lewat tulisan ini, karena agenda kali ini ialah menganalisis film tersebut.
Bila ada dari kalian yang belum memiliki film tersebut, apalagi belum
menontonnya, kalian boleh mengirimkan pesan pada saya lewat akun facebook ini,
nanti akan saya kirimkan link untuk kalian download.
Analisis
perdana ini mengenai puncak cinta seorang manusia pada manusia lain, yakni sayang.
Sayang lebih kita kenal dengan cinta seseorang terhadap orangtua atau anaknya.
Pada film ini akan saya sebutkan beberapa adegan yang menunjukkan betapa
perasaan sayang dimiliki oleh setiap manusia, dan perasaan itu sangatlah
penting.
Dimulai
dari menit ke-3, dimana Alya menangis meratapi kekerasan yang ia dapat dari
Ayahnya. Saat itu teman-teman Alya mencoba menghibur dengan bersikap empati,
yaitu mengingatkan bahwa Alya memiliki sahabat, bahwa sahabat akan selalu
membela Alya. Cinta yang mengingatkan hal ini dengan mengutarakan janji
sahabat.
“Masalah salah satu di antara kita,
adalah masalah kita semua. Musuh salah-satu di antara kita, adalah musuh kita
semua”
Usaha
ini sempat ditampik oleh Alya. “Tapi
Cinta, bokap berantem sama nyokap gue, bukan sama gue”
Cinta
membalas kembali “Tapi elu udah sering
banget jadi korban kayak gini, Al”
Kemudian
Alya benar-benar mengutarakan perasaan sayangnya.
“Gimana sih gua mesti ngejelasin ke elo
semua? Terserah lo mau percaya apa enggak. Bokap gue kalo udah ngamuk kayak
gitu, kayak orang gak sadar, tau nggak. Abis ngamuk dia bisa nangis kayak anak
kecil, nyesel abis, nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.”
Alya
sangat mengutarakan rasa sayang kepada orangtuanya itu, tanpa memilih salah
satu di antara Ayah dan Ibu. Apa yang diucapkan Alya ini mengindikasikan bahwa
Alya mencintai keduanya bersamaan, sama rata, sama rasa, sama sayang. Kalau
Alya memilih salah satu, tentu ia membela salah satu itu. Tapi, yang terjadi
justru Alya meratapi apa yang terjadi pada Ibunya dan begitu mudah memaafkan
perbuatan Ayahnya. Inilah tanda bahwa Alya benar-benar menyayangi keduanya.
Kemudian
di menit 19, ketika menelpon Cinta dan mecoba curhat, Alya justru mengurungkan
niatnya. Pada saat itu Alya tengah mengurung diri di kamar, mencoba menghindar
dari pertengkaran orangtuanya. Tingkah Alya memang sangat lemah, dimana ia
hanya bisa menangis dan meratapi kesedihan, tapi dibalik itu sikapnya
menunjukkan bahwa Alya menyayangi orangtuanya.
Puncak
dari ekspresi sayang yang ditampilkan film ini melalui tokoh Alya yaitu ketika
ia mencoba bunuh diri dengan cara memutuskan urat nadinya sendiri. Sikap ini
menunjukkan betapa Alya hanya ingin orangtuanya kembali baik-baik, tidak lagi
bertengkar.
Agak
miris sebenarnya memandang sikap Alya yang nampak putus asa. Tapi ini bisa
dimaklumi karena pertengkaran yang begitu sering memang bisa menimbulkan
depresi akut. Inilah yang terjadi pada Alya.
Apakah
sahabat bisa menjadi penawar sedih? Tentu saja, ya. Lalu, apakah sahabat
memiliki rasa sayang kepada sahabatnya? Kemungkinan ya, tapi kebanyakan tidak
sesuai harapan. Mengapa begitu? Karena sikap sahabat pada umumnya tidak
termasuk dalam definisi sayang.
Kita
tahu, bahwa sayang adalah perasaan yang dimiliki seseorang terhadap orang lain
yang mampu membuat pemilik rasa itu melakukan serta memberikan apapun untuk
orang yang ia sayangi, tanpa mengharapkan secuil pun imbalan. Sedangkan
sahabat, sebenarnya memiliki kualifikasi memberi seperti halnya sayang, tapi
sahabat biasanya lebih mementingkan dirinya sendiri. Ini terjadi ketika
ternyata Cinta lebih memilih untuk pergi bersama Rangga dan mengacuhkan telepon
Alya. Alya yang kala itu memohon untuk mengobrol hanya mendapatkan kebohongan
Cinta. Ini pula yang akhirnya membuat Alya semakin depresi
Itulah
beberapa petikan mengenai pesan sayang yang ditampilkan film AADC. Sebenarnya
masih ada pesan-pesan lain yang menyiratkan betapa pentingnya sayang, seperti
yang terjadi antara Rangga dan Ayahnya, tapi saya maaf tidak akan saya teruskan
analisisnya karena saya sudah ngantuk. Heuheuheu…
Sebagai gantinya, saya lampirkan lirik lagu ‘Ibu Ibu Ibu’ karya Pidi Baiq (The Panas Dalam) serta liputan mengenai Balotelli yang juga masih ada hubungannya dengan rasa sayang.
Sebagai gantinya, saya lampirkan lirik lagu ‘Ibu Ibu Ibu’ karya Pidi Baiq (The Panas Dalam) serta liputan mengenai Balotelli yang juga masih ada hubungannya dengan rasa sayang.
Terima
kasih telah membaca, mohon maaf atas segala keterbatasannya. Sampai jumpa.
--------------------------
The
Panas Dalam, Ibu Ibu Ibu
Kau
mengajari aku mengucapkan kata-kata baru
Kau
menghendaki aku mengucapkan kata-kata bagus
Kau
adalah yang tidak membunuhku selagi masih bayi
Kau
adalah yang tidak mengutukku hingga menjadi batu
Kau
sebut nama aku pada tiap ucap doamu
Kau
jau lebih tinggi daripada aneka macam sorga
Kau
tanyakan kabarku di saat aku tinggal jauh
Kau
adalah yang lunglai di saat aku marah
Kau
adalah yang malu di saat aku berbuat memalukan
Kau
adalah yang bimbang tanya dengan siapa aku pergi
Kau
jauh lebih harum dari apapun yang kau ingat harumnya
Kau
adalah yang bilang jangan kecewa sama saya
Kau
adalah dirimu dengan gentar kupanggil engkau Ibu
------------------------------------------
Oleh
Dewi Agreniawati | GOAL.com – Jum, 29 Jun 2012 05:21 WIB
Striker
Manchester City Mario Balotelli tampil sensasional dengan mencetak dua gol yang
membawa Italia menang 2-1 atas Jerman di semi-final Euro 2012. Balotelli pun
mengekspresikan kepuasannya usai membungkam kritik banyak pihak terhadap
performanya yang dianggap buruk di turnamen empat tahunan ini.
"Di akhir laga saya menyambangi ibu, itu momen terbaik. Saya bilang kepadanya gol ini untuknya," kata Balotelli, dikutip Football Italia.
"Saya menunggu sangat lama untuk momen ini, terutama karena ibu saya tidak lagi muda dan tidak bisa melakukan perjalanan jauh, jadi saya harus membuatnya bahagia saat dia datang ke sini. Ayah saya juga akan ada di Kiev untuk menyaksikan pertandingan final."
"Sebelum laga ada ibu saya, saudara-saudara dan teman dekat. Memiliki orang terdekat memompa semangat saya," lanjut mantan FC Internazionale itu.
"Di akhir laga saya menyambangi ibu, itu momen terbaik. Saya bilang kepadanya gol ini untuknya," kata Balotelli, dikutip Football Italia.
"Saya menunggu sangat lama untuk momen ini, terutama karena ibu saya tidak lagi muda dan tidak bisa melakukan perjalanan jauh, jadi saya harus membuatnya bahagia saat dia datang ke sini. Ayah saya juga akan ada di Kiev untuk menyaksikan pertandingan final."
"Sebelum laga ada ibu saya, saudara-saudara dan teman dekat. Memiliki orang terdekat memompa semangat saya," lanjut mantan FC Internazionale itu.